Salah satu fokus utama Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air adalah pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pengendali banjir. Data terbaru menyebut terdapat 593 unit pompa stasioner yang tersebar di 202 lokasi dan 557 unit pompa mobile yang tersebar di lima wilayah administrasi Jakarta.
Kemudian untuk pembangunan waduk/situ/embung, tahun 2024 ini sudah terbangun 8 waduk/situ/embung. Rincian 6 lokasi pembangunan waduk/embung lanjutan yaitu Waduk Marunda, Waduk Dukuh 2, Waduk Munjul, Waduk Cilangkap, Revitalisasi Embung Kaja, dan Penyelesaian Embung Pekayon. Sementara waduk/embung yang baru dibangun tahun ini yaitu Embung SDN 01 Petukangan Selatan dan Embung Jl. Pemuda Srengseng Sawah.
Selain pembangunan waduk/situ/embung, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya untuk melindungi Jakarta dari bencana banjir yang semakin parah akibat perubahan iklim dan penurunan muka tanah. National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) merupakan sebuah program pembangunan tanggul pantai dan pengembangan kawasan pesisir Jakarta sebagai langkah pencegahan potensi bencana banjir rob. Saat ini NCICD berada di Fase A dengan progres pembangunan sepanjang 8,510 km dari total trase 21 km.
Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta telah membangun dan mengelola sistem polder di berbagai wilayah rawan banjir. Terdapat ragam komponen pada sistem polder, yaitu: jaringan drainase, sebuah kolam penampungan yang terhubung langsung dengan aliran sungai, pintu air, dan pompa. Sistem polder mengintegrasikan komponen-komponen tersebut yang dikendalikan dalam satu pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi muka air, debit dan volume air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Oleh karena itu, sistem polder disebut juga sebagai sistem drainase yang terkendali.
Pada tahun 2024, terdapat 5 polder/pompa yang sedang dibangun dengan rincian Polder/Pompa Sunter C, Polder/Pompa Gaya Motor, Polder/Pompa Kali Sepatan (KBN), Polder/Pompa IKPN, dan Polder/Pompa RW 13 (Greenville).
Pengerahan alat berat hingga pasukan biru untuk pengerukan dan pengurasan, naturalisasi waduk dan kali/sungai, serta pembangunan dan revitalisasi dilakukan sebagai bagian dari pencegahan banjir di Jakarta. Seiring waktu, sungai akan mengalami pengendapan sedimen dan lumpur, sehingga dasar sungai akan menjadi lebih dangkal. Pengerukan dan peremajaan dilakukan pada seluruh jaringan drainase yang ada di Jakarta untuk meminimalisir pendangkalan. Dinas SDA secara rutin menjalankan program "Gerebek Lumpur," yang bertujuan meningkatkan kapasitas tampung sungai dan waduk dengan pengerukan lumpur.
Hingga November 2024, progres pengerukan waduk/situ/embung, kali/sungai dan saluran di 5 kota administrasi Jakarta sudah mencapai 1.003.009 meter kubik (m3). Sementara untuk peralatan pendukung, data terbaru mencatat sudah ada 800 unit pintu air di 570 lokasi, 260 unit alat berat, dan 460 unit dump truk.
Unit Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta memiliki dan mengelola sistem informasi untuk mitigasi dan pengawasan banjir berupa alat elektronik seperti CCTV, alat ukur tinggi muka air atau TMA otomatis (Automatic Water Level Record/AWLR), serta alat pengukur curah hujan otomatis atau Automatic Rainfall Record (ARR).
Data hingga 2 Desember 2024, terdapat 118 unit CCTV di 111 lokasi yang tersebar di rumah pompa, pintu air, dan pos pemantauan Jabodetabek. Sementara untuk sensor tinggi muka air sudah terpasang sebanyak 28 sensor TMA di lima wilayah kota administrasi, termasuk 2 unit di Bogor (Katulampa dan Cibalok) dan 1 unit di Depok (Jembatan Panus). Sistem informasi siaga banjir lainnya, berupa alat pengukur curah hujan otomatis sudah terpasang di 55 lokasi ARR yang tersebar di Jabodetabek dan Banten.
Dinas mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pekerjaan umum dan penataan ruang pada sub urusan sumber daya air, sub urusan air minum, sub urusan air limbah, sub urusan drainase, dan urusan pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral pada sub urusan geologi.