Masyarakat Betawi memiliki rumah tradisionalnya tersendiri yang berkembang serta dipengaruhi oleh banyak budaya lainnya. Beberapa rumah adat betawi seperti Rumah Gudang, Rumah Joglo, Rumah Panggung, dan Rumah Kebaya memiliki nilai-nilai filosofis tersendiri.
Bahkan, tidak sedikit masyarakat Betawi yang masih mempertahankan arsitektur dari rumah adat Betawi sebagai rumah pribadi. Anda juga bisa menemukan ragam rumah adat betawi di pusat kebudayaan di Jakarta.
Ada banyak pakaian adat Betawi yang digunakan dalam acara khusus atau digunakan masyarakat Betawi untuk kegiatan sehari-hari. Pakaian adat Betawi dipengaruhi oleh berbagai budaya Arab, Barat, Tionghoa, dan Melayu.
Pakaian adat betawi yang lumrah digunakan adalah baju sadariah yang dipadukan dengan celana batik dan peci untuk pria. Kemudian kebaya encim beserta kain batik untuk wanita. Anda bisa melihat pakaian adat Betawi pada beberapa upacara resmi atau yang biasa digunakan oleh Abang None Jakarta.
Jakarta juga memiliki Wayang yang disebut dengan Wayang Betawi. Kesenian ini lahir ketika Sultan Agung dari Kerajaan Mataram membawa kesenian wayang kulit ke wilayah kerajaan Sunda yang saat ini wilayah Jakarta.
Wayang kulit Betawi diiringi dengan musik pengiring seperti kendang, terompet, rebab, saron, keromong, kecrek, kempul, dan gong. Cerita khas Betawi yang sering diangkat dalam wayang Betawi adalah Bambang Sinar Matahari yang ditampilkan penuh dengan kesederhanaan dan dibawakan dengan logat Betawi.
Dipengaruhi oleh budaya di tanah Jawa lainnya, batik Betawi turut dipengaruhi oleh batik Pekalongan, Cirebon, Indo-Eropa, dan Hokkai.
Ragam motif batik Betawi di antaranya adalah Jali-Jali, Burung Hong, Pencakar Langit, hingga Ondel-Ondel. Batik Betawi identik dengan warna mencolok yang mencerminkan semangat dan suka cita masyarakat Betawi.
Anda bisa melihat keunikan dan membeli ragam seni batik Betawi di pameran dan sentra kesenian, hingga di peragaan busana.